2013/11/09

SYEIKH MAULANA ISHAQ

SALAH SATU PENYEBAR AGAMA ISLAM DI INDONESIA,
SYEIKH MAULANA ISHAQ


Sangat banyak penyebar agama islam di dunia ini khususnya bumi pertiwi kita, Indonesia. Penyebar agama islam yang sering kita tahu adalah yang biasa disebut dengan sebutan ulama atau ada juga para sunan yang lebih dikenal dengan walisongo yang berarti sembilan wali. Sembilan wali tersebut adalah wali-wali diantaranya yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka saling berhubungan satu sama lain untuk menyebarkan agama islam di Indonesia. Mereka memang tidak hidup dalam satu era yang sama tetapi mereka mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid. Maulana Malik Ibrahim adalah yang sunan yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain. Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16 di tiga wilayah penting yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru mulai dari kesehatan, bercocok tanam, perniagaan, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan dan tak lupa juga menyebarkan agama islam di Indonesia.
Berbicara tentang wali atau sunan, di daerah kabupaten Situbondo dan sekitarnya banyak sekali ditemukan makam atau pesarean dari para sunan atau wali tersebut atau para ulama penyebar agama islam salah satunya adalah pesarean Syeikh Maulana Ishaq yang berada di Desa Tampora Kecamatan Banyuglugur Kabupaten Situbondo tepatnya pada wisata pantai Tampora. Syeikh Maulana Ishaq sendiri adalah penyebar agama islam yaitu saudara dari Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang awalnya datang ke tanah Jawa pada tahun 1404 masehi bersama ayahnya Syeikh Maulana Ahmad Junaidil Qubro dan Syeikh Maulana Malik Ibrahim saudaranya, yang akhirnya menetap di Gresik Jawa Timur lalu ke Blambangan. Pada saat beliau hidup, beliau sangat ahli dalam bidang pengobatan dan sering menolong orang sakit hingga sembuh. Saat kerajaan Blambangan diserang oleh wabah penyakit, saah satu putri dari Raja Blambangan yaitu Dewi Sekardadu juga ikut terserang wabah penyakit tersebut dan akhirnya raja memutuskan kepada tangan kanannya untuk menyebarkan sayembara, yang isinya barang siapa yang bisa menyembuhkan penyakit sang Putri serta dapat mengusir wabah penyakit dari Kerajaan Blambangan, maka apabila dia laki-laki akan dijodohkan dengan Dewi Sekardadu, dan bila ia perempuan maka akan dijadikan saudara Dewi Sekardadu.
Setelah sayembara disebarkan sampai ke pelosok negeri, tidak satupun yang berani mengikuti sayembara itu. Sampailah berita sayembara itu pada seorang Brahmana Resi Kandabaya. Pada suatu hari Resi Kandabaya datang ke Kerajaan Blambangan untuk menghadap Prabu Menak Sembuyu. Resi Kandabaya mengatakan kepada Prabu Menak Sembuyu bahwa yang dapat menyembuhkan sang Putri Dewi Sekardadu dan mengusir wabah penyakit dari Kerajaan Blambangan adalah seorang pertapa yang bernama Maulana Ishaq yang berada di gunung Gresik. Lalu dia langsung meminta pertolongan pada Syeikh Maulana Ishaq untuk menyembuhkan putri raja tersebut. Setelah perjalanan yang cukup lama akhirnya sampai juga ketempat dimana Syeikh Maulana Ishaq berada dan langsung berbicara padanya. Tak lama kemudian Syeikh Maulana berkehendak untuk menolong putri raja tersebut dengan ikhals dan semata-mata karena Allah SWT. Setelah meminta pertolongan dan pulang ke kerajaan, Prabu Menak Sembuyu akhirnya sampai tetapi ternyata Syeikh Maulana Ishaq sudah sampai terlebih dahulu di Kerajaan Blambangan tempat dimana wabah penyakit itu menyebar begitu luas dan beliau langsung menyembuhkan semua orang termasuk sang putri raja. Awalnya memang Syeikh Maulana Ishaq yang menyuruh patih raja tersebut untuk berangkat terlebih dahulu dan Syeikh Maulana Ishaq akhirnya datang lebih awal daripada para pesuruh raja tersebut yang menunjukkan bahwa Syeikh Maulana Ishaq sangat tinggi ilmunya. Hal ini adalah karena kuasa Allah, bila Allah SWT berkehendak untuk menjalankan seseorang ke tempat yang sangat jauh dalam waktu sekejap mata, maka tidak ada satu kekuatan pun di jagad raya ini yang akan mencegahnya. Setelah pesta perkawinan selesai, banyak penduduk sekitar istana berdatangan untuk meminta pengobatan kepada Syeikh Maulana Ishaq, Syeikh Maulana Ishaq menolong mereka dengan sabar dan telaten, banyak dari mereka yang sakit telah disembuhkan.
Seiring berjalannya waktu, semakin hari semakin banyak pengikut Syeikh Maulana Ishaq, banyak dari mereka yang ingin berguru padanya karena ilmunya yang tinggi dan kesabarannya dalam mengobati masyarakat yang tinggal disana kemudian dengan sukarela menjadi pengikut Syeikh Maulana Ishaq dan masuk agama Islam. Melihat kenyataan ini Prabu menak Sembuyu menjadi khawatir, apalagi Syeikh Maulana Ishaq melarang memakan binatang yang tidak disembelih atas nama Allah, melarang makan binatang buas, babi dan beliau melarang menyembah berhala. Padahal hal tersebut adalah kesenangan dan sudah menjadi kebiasaan di Blambangan pada waktu itu. Seperti kita ketahui bahwa tujuan dakwah agama Islam adalah menyadarkan orang yang berbuat kesalahan dengan sikap dan budi pekerti yang halus yang diwujudkan dalam tindakan sehari-hari, bukan membasmi mereka yang salah. Maka untuk mencegah hal itu Syeikh Maulana Ishaq berjanji akan meninggalkan Blambangan. Sekian lama telah Syeikh Maulana pergi merantau, anak dari Dewi Sekardadu yang sekarang menjadi istrinya lahir namun akhirnya di buang kelaut menggunakan peti mati karena ayahnya pun sudah tak disana lagi yang membuat Dewi Sekardadu seketika sedih. Setelah itu Dewi Sekardadu pun mengidap penyakit lagi dan meninggal dunia. Setelah sekian lama melakukan perantauan dalam menyebarkan agama islam, akhirnya Syeikh Maulana Ishaq wafat dan ditempatkan di pesarean terakhirnya di desa Tampora Kecamatan Banyuglugur hingga sekarang. Masyarakat luas pun banyak yang pergi kesana untuk sekedar berziarahu untuk mendo’akan arwah beliau yang sudah tenang di alam akhirat sana. Tak sedikit pula yang berwisata ke pantai Tampora tidak hanya sekedar untuk kepentingan hiburan semata tetapi untuk wisata rohani ke makam atau pesarean beliau, agar jiwa kita bisa tenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar