2013/04/06

Cerpenku "Sepatu Impian"


SEPATU IMPIAN

Imam adalah anak dari kepala desa Suka Tani, suatu hari ia melihat ada seorang anak perempuan yang duduk di tepi jalan saat ia pulang sekolah. Sebut saja nama anak itu Novi, Novi sendiri adalah orang tidak punya. Orang tuanya hanyalah seorang buruh tani jika itu musim hujan tetapi jika musim kemarau orang tuanya hanya menjadi tukang gorengan keliling di sekitar desanya. Rasa iba akhirnya menyentuh hati Imam, tak lama kemudian ia pun menyapa Novi.

“Hai Novi! Ngapain kamu disini?” Tanya Imam.
“Hai Imam! Sepatuku rusak, sudah dua tahun aku tidak menggantinya karena Bapakku tidak mempunyai uang untuk membelikanku sepatu baru, sehingga kakiku sakit dan susah untuk berjalan sekarang.” Jawabnya.
“Oh begitu, ya sudah kita jalan pelan-pelan yuk! Aku antar kamu pulang deh!” Ajak Imam.
“Baiklah” Novi mengangguk mengiyakan ajakan Imam.

Di perjalanan pun Imam sambil mengajak Novi bersenda gurau bersama sampai akhirnya mereka berdua sampai di rumah Novi. Di rumah Novi keluarganya juga sudah menunggu kedatangan Novi karena hari mulai siang. Imam diajak makan dirumah Novi tetapi ia tidak mau karena masih ada yang ingin ia kerjakan dirumah.

“Sudah Bu, terima kasih saya mau pulang saja karena masih ada pekerjaan dirumah, lain kali saya main-main kesini kok Bu!” Ucapnya.
“Ya sudak nak, hati-hati dijalan ya! Salam untuk keluarga dirumah!” Sahut Ibu Novi.
“Iya Bu, kalau begitu saya pamit pulang dulu, Assalammu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”
Sesampainya dirumah Imam langsung makan, mandi, dan sholat. Setelah itu diruang tamu ia bertemu dengan ayahnya.
“Yah, tadi aku ketemu sama anak desa kita yang dari keluarga tidak mampu dan kebetulan dia temenku. Ayah ada dana gak buat bantu temenku itu?” Tanyanya penasaran.
“Aduh, ma’af nak! Ayah masih belum dapat dana untuk keluarga miskin dari pemerintah. Nanti ayah urus, tapi tunggu ya kurang lebih 1 bulan” Jawab Ayah Imam.
“Hmmm,,, ya sudah kalo gitu Imam mau cari bantuan kelainnya dulu siapa tahu lebih cepat!” Ujarnya semangat.
“Oke,, kamu memang anak yang baik!”

Keesokan harinya di sekolahnya yaitu SMA Nusa Bangsa ia selalu memikirkan temannya itu, sehingga pelajaran yang diterimanya pun hanya sedikit yang ia mengerti. Tetapi disela-sela waktu istirahat dia mempunyai ide yang cemerlang yaitu untuk membantunya lewat amal yang ia lakukan ke kelas-kelas di SMA Nusa Bangsa. Tetapi setelah dipikir-pikir jika ia meminta bantuan itu ke kelas-kelas, pastinya Novi tahu dan tidak akan mau menerima bantuannya tersebut sehingga ada satu ide lagi yang terbesit dipikirannya yaitu menggadaikan laptop miliknya ke Pegadaian. Memang uangnya akan lebih, namun selebihnya akan ia simpan untuk menebusnya nanti dan juga untuk amal di masjid dekat rumahnya.

“Assalammu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam” Sambut Ibu.
“Bu, ayah mana? Imam mau bicara.” Imam bertanya langsung.
“Dateng-dateng kok malah Tanya ayah dimana bukannya makan dan ganti baju kamu itu!” Sedikit Berbentak.
“Yah, kok malah marah sih Bu? Ini penting!” sambil mengernyitkan dahinya.
Tiba-tiba ayahnya datang,
“Ada apa kok ribut-ribut?” Bertanya dengan bingung.
“Ini lho yah, Imam nyari sampean katanya mau bicara penting” Jawab Ibu
“Ada apa ayo bicara sini mumpung ada Ibu juga disini” Pinta Ayahnya.
“Gini lho yah, mengenai masalah yang kemaren itu aku udah punya solusinya” Imam menjelaskan.
“Masalah apa sih?” Tanya ibu semakin penasaran.
“Itu bu aku mau bantu temenku yang gak mampu” Jawabnya.
“Oh begitu, baguslah” Menghela nafas.
“Terus itu gimana nak?” Tanya Ayahnya lagi
“Jadi gini, aku mau gadaikan laptopku ke Pegadaian nanti uangnya aku belikan sepatu buat temenku itu, terus juga kasih sedikit uang buat ayahnya. Lalu sebagian aku simpan. Hmm.. oh ya aku juga mau kasih amal ke masjid deket sini, boleh kan?” Tanyanya bersemangat.
“Apa kamu bisa nebus lagi nantinya? Tanya Ayahnya.
“Ya apa kamu bisa?” Tanya Ibunya juga.
“Tenang aja aku mau nabung, ntar kan udah ada sisanya juga jadi sesegera mungkin aku bisa kok nebus laptopku lagi” Jawabnya.
“Hmmm begitu ya? Ya sudah nanti Ayah sama Ibu bantu” Timbal Ayahnya.
“Terima kasih, kalian memang orang tuaku yang paling baik” Tersenyum.

Keesokannya saat ia pulang sekolah ia mampir ke Pegadaian dekat sekolahnya, sebelumnya ia melihat Novi memakai sandal sedang berjalan pulang dan pagi harinya sudah sempat dihukum oleh satpam dan guru disekolah karena tidak memakai sepatu. Di jalan menuju pegadaian juga ia memergoki Novi sedang melirik etalase pada toko sepatu, tersirat diwahjahnya bahwa Novi memang benar-benar menginginkan sepatu di etalase itu. Hati Imam pun tersenutuh lagi, itulah sebabnya Imam langsung begegas menju Pegadaian. Setelah sampai di tempat tujuan dia antre dan menunggu dengan sabar namanya dipanggil oleh petugas, dan ketika akhirnya namanya dipanggil ia pun langsung berlari ke tempat dimana barang itu akan ditukar dengan uang.

“Uangnya 5 juta ya dek!” Ucap pegawai Pegadaian setelah melihat-lihat barangnya sambil mengecek semua yang berhubungan dengan itu.
“Ya mbak terima kasih” Sahut Imam.

Setelah menggadaikannya ia pun langsung pergi ke toko sepatu tempat tadi ia memergoki Novi tersebut dan langsung membeli sepatu impian Novi lalu membungkusnya dengan rapi kemudian. Lalu diperjalanan ia juga menyempatkan diri ke masjid untuk memberikan amal dari sebagian uang tersebut, tak lama kemudian adzan ashar pun berkumandang, akhirnya Imam sholat disana. Setelah itu ia langsung bergegas ke rumah Novi. Sedikit jauh dari masjid tak membuatnya lelah

“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam” Novi membuka pintu.
“Novi, ada sesuatu buat kamu!” Ucapnya sedikit  berteriak.
“Apa itu?” Novi penasaran.
“Ini silakan dibuka” Sambil tersenyum.
Novi langsung membukanya
“Wah, terima kasih! Ini kan memang sepatu impian saya. Kamu kok tau?”
“Hehe iya, tadi kebetulan kelihatan kamu dijalanan sambilngelihat sepatu ini mangkannya aku beli buat kamu!” Sambil Mengibaskan sedikit rambutnya.
Novi berkata
“Oh, begitu! Terima kasih banyak ya! Duduk dulu sini saya mau buatin minum dulu, sekalian Bapak mungkin datang sebentar lagi. Kalo ibu sih lagi kerumah Nenek sama Adek.”
“Waduh ndak usah Nov, saya keburu soalnya sudah malam. Gak papa kan?”
“Ya sudah hati-hati dijalan ya!”
“Iya, Assalammualai’kum” sambil menundukkan kepala
“Wa’alaikumsalam” Membalasnya dengan tundukan kepala juga.
Ditengah jalan dia sangat senang
“Akhirnya aku bias bantu Novi! Hmm.. syukurlah! Pasti Allah punya rencana dibalik semua ini! Pasti Allah akan membalasnya dengan yang setimpal. Amin!! Terima kasih juga Pegadaian yang sudah membantu saya.” gerutunya dalam hati. Lalu tiba-tiba Ayahnya datang dari belakang menggunakan sepeda motor,
“Imam, ayo naik!” Ajaknya
“Wah, Ayah disini ya? Oke aku naik!”
“Gimana dengan temanmu Novi?”
“Alhamdulillah sudah aku belikan kok Yah! Dan semuanya berjalan dengan lancar!” Sambil senyum-senyum.
“Bagus, bagus! Kamu memang anak yang baik! Lanjutkan perbuatan baikmu itu ya!”
“Oke Ayah!”

Satu bulan kemudian akhirnya ia bisa menebus laptopnya kembali dengan bantuan orang tuanya dan akhirnya juga Novi sudah mempunyai sepatu baru, sepatu impiannya tersebut. Satu hal yang patut kita teladani, “Raihlah impianmu walaupun itu sangatlah berat bagimu!”.


TAMAT





NB: cerpen ini saya buat untuk lomba mengarang tingkat SMP/SMA yang diadakan oleh Pegadaian Besuki dengan tema "Dekat Bersahabat Pegadaian"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar