SEPATU IMPIAN
Imam adalah anak
dari kepala desa Suka Tani, suatu hari ia melihat ada seorang anak perempuan
yang duduk di tepi jalan saat ia pulang sekolah. Sebut saja nama anak itu Novi,
Novi sendiri adalah orang tidak punya. Orang
tuanya hanyalah seorang buruh tani jika itu musim hujan tetapi jika musim
kemarau orang tuanya hanya menjadi tukang gorengan keliling di sekitar desanya.
Rasa iba akhirnya menyentuh hati Imam, tak lama kemudian ia pun menyapa Novi.
“Hai Novi! Ngapain
kamu disini?” Tanya Imam.
“Hai Imam!
Sepatuku rusak, sudah dua tahun aku tidak menggantinya karena Bapakku tidak
mempunyai uang untuk membelikanku sepatu baru, sehingga kakiku sakit dan susah
untuk berjalan sekarang.” Jawabnya.
“Oh begitu, ya sudah
kita jalan pelan-pelan yuk! Aku antar kamu pulang deh!” Ajak Imam.
“Baiklah” Novi mengangguk mengiyakan ajakan Imam.
Di perjalanan pun
Imam sambil mengajak Novi bersenda gurau bersama sampai akhirnya mereka berdua
sampai di rumah Novi. Di rumah Novi keluarganya
juga sudah menunggu kedatangan Novi karena
hari mulai siang. Imam diajak makan dirumah Novi
tetapi ia tidak mau karena masih ada yang ingin ia kerjakan dirumah.
“Sudah Bu, terima
kasih saya mau pulang saja karena masih ada pekerjaan dirumah, lain kali saya
main-main kesini kok Bu!” Ucapnya.
“Ya sudak nak,
hati-hati dijalan ya! Salam untuk keluarga dirumah!” Sahut Ibu Novi.
“Iya Bu, kalau
begitu saya pamit pulang dulu, Assalammu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”
Sesampainya
dirumah Imam langsung makan, mandi, dan sholat. Setelah itu diruang tamu ia
bertemu dengan ayahnya.
“Yah, tadi aku
ketemu sama anak desa kita yang dari keluarga tidak mampu dan kebetulan dia
temenku. Ayah ada dana gak buat bantu temenku itu?” Tanyanya penasaran.
“Aduh, ma’af nak!
Ayah masih belum dapat dana untuk keluarga miskin dari pemerintah. Nanti ayah
urus, tapi tunggu ya kurang lebih 1 bulan” Jawab Ayah Imam.
“Hmmm,,, ya sudah
kalo gitu Imam mau cari bantuan kelainnya dulu siapa tahu lebih cepat!” Ujarnya
semangat.
“Oke,, kamu memang
anak yang baik!”
Keesokan harinya
di sekolahnya yaitu SMA Nusa Bangsa ia selalu memikirkan temannya itu, sehingga
pelajaran yang diterimanya pun hanya sedikit yang ia mengerti. Tetapi
disela-sela waktu istirahat dia mempunyai ide yang cemerlang yaitu untuk
membantunya lewat amal yang ia lakukan ke kelas-kelas di SMA Nusa Bangsa.
Tetapi setelah dipikir-pikir jika ia meminta bantuan itu ke kelas-kelas,
pastinya Novi tahu dan tidak akan mau menerima
bantuannya tersebut sehingga ada satu ide lagi yang terbesit dipikirannya yaitu
menggadaikan laptop miliknya ke Pegadaian. Memang uangnya akan lebih, namun
selebihnya akan ia simpan untuk menebusnya nanti dan juga untuk amal di masjid
dekat rumahnya.
“Assalammu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”
Sambut Ibu.
“Bu, ayah mana?
Imam mau bicara.” Imam bertanya langsung.
“Dateng-dateng kok
malah Tanya ayah dimana bukannya makan dan ganti baju kamu itu!” Sedikit
Berbentak.
“Yah, kok malah
marah sih Bu? Ini penting!” sambil mengernyitkan dahinya.
Tiba-tiba ayahnya datang,
“Ada apa kok ribut-ribut?” Bertanya dengan
bingung.
“Ini lho yah, Imam
nyari sampean katanya mau bicara penting” Jawab Ibu
“Ada apa ayo bicara sini mumpung ada Ibu juga
disini” Pinta Ayahnya.
“Gini lho yah,
mengenai masalah yang kemaren itu aku udah punya solusinya” Imam menjelaskan.
“Masalah apa sih?”
Tanya ibu semakin penasaran.
“Itu bu aku mau
bantu temenku yang gak mampu” Jawabnya.
“Oh begitu,
baguslah” Menghela nafas.
“Terus itu gimana
nak?” Tanya Ayahnya lagi
“Jadi gini, aku
mau gadaikan laptopku ke Pegadaian nanti uangnya aku belikan sepatu buat
temenku itu, terus juga kasih sedikit uang buat ayahnya. Lalu sebagian aku
simpan. Hmm.. oh ya aku juga mau kasih amal ke masjid deket sini, boleh kan?” Tanyanya
bersemangat.
“Apa kamu bisa
nebus lagi nantinya? Tanya Ayahnya.
“Ya apa kamu bisa?”
Tanya Ibunya juga.
“Tenang aja aku
mau nabung, ntar kan
udah ada sisanya juga jadi sesegera mungkin aku bisa kok nebus laptopku lagi”
Jawabnya.
“Hmmm begitu ya? Ya
sudah nanti Ayah sama Ibu bantu” Timbal Ayahnya.
“Terima kasih,
kalian memang orang tuaku yang paling baik” Tersenyum.
Keesokannya saat
ia pulang sekolah ia mampir ke Pegadaian dekat sekolahnya, sebelumnya ia melihat
Novi memakai sandal sedang berjalan pulang dan
pagi harinya sudah sempat dihukum oleh satpam dan guru disekolah karena tidak
memakai sepatu. Di jalan menuju pegadaian juga ia memergoki Novi sedang melirik
etalase pada toko sepatu, tersirat diwahjahnya bahwa Novi
memang benar-benar menginginkan sepatu di etalase itu. Hati Imam pun tersenutuh
lagi, itulah sebabnya Imam langsung begegas menju Pegadaian. Setelah sampai di tempat
tujuan dia antre dan menunggu dengan sabar namanya dipanggil oleh petugas, dan ketika
akhirnya namanya dipanggil ia pun langsung berlari ke tempat dimana barang itu
akan ditukar dengan uang.
“Uangnya 5 juta ya
dek!” Ucap pegawai Pegadaian setelah melihat-lihat barangnya sambil mengecek
semua yang berhubungan dengan itu.
“Ya mbak terima
kasih” Sahut Imam.
Setelah
menggadaikannya ia pun langsung pergi ke toko sepatu tempat tadi ia memergoki
Novi tersebut dan langsung membeli sepatu impian Novi
lalu membungkusnya dengan rapi kemudian. Lalu diperjalanan ia juga menyempatkan
diri ke masjid untuk memberikan amal dari sebagian uang tersebut, tak lama
kemudian adzan ashar pun berkumandang, akhirnya Imam sholat disana. Setelah itu
ia langsung bergegas ke rumah Novi. Sedikit
jauh dari masjid tak membuatnya lelah
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam” Novi membuka pintu.
“Novi,
ada sesuatu buat kamu!” Ucapnya sedikit
berteriak.
“Apa itu?” Novi penasaran.
“Ini silakan
dibuka” Sambil tersenyum.
Novi
langsung membukanya
“Wah, terima
kasih! Ini kan
memang sepatu impian saya. Kamu kok tau?”
“Hehe iya, tadi
kebetulan kelihatan kamu dijalanan sambilngelihat sepatu ini mangkannya aku
beli buat kamu!” Sambil Mengibaskan sedikit rambutnya.
Novi
berkata
“Oh, begitu!
Terima kasih banyak ya! Duduk dulu sini saya mau buatin minum dulu, sekalian
Bapak mungkin datang sebentar lagi. Kalo ibu sih lagi kerumah Nenek sama Adek.”
“Waduh ndak usah
Nov, saya keburu soalnya sudah malam. Gak papa kan?”
“Ya sudah
hati-hati dijalan ya!”
“Iya,
Assalammualai’kum” sambil menundukkan kepala
“Wa’alaikumsalam”
Membalasnya dengan tundukan kepala juga.
Ditengah jalan dia
sangat senang
“Akhirnya aku bias
bantu Novi! Hmm.. syukurlah! Pasti Allah punya
rencana dibalik semua ini! Pasti Allah akan membalasnya dengan yang setimpal.
Amin!! Terima kasih juga Pegadaian yang sudah membantu saya.” gerutunya dalam
hati. Lalu tiba-tiba Ayahnya datang dari belakang menggunakan sepeda motor,
“Imam, ayo naik!”
Ajaknya
“Wah, Ayah disini
ya? Oke aku naik!”
“Gimana dengan
temanmu Novi?”
“Alhamdulillah
sudah aku belikan kok Yah! Dan semuanya berjalan dengan lancar!” Sambil
senyum-senyum.
“Bagus, bagus!
Kamu memang anak yang baik! Lanjutkan perbuatan baikmu itu ya!”
“Oke Ayah!”
Satu bulan
kemudian akhirnya ia bisa menebus laptopnya kembali dengan bantuan orang tuanya
dan akhirnya juga Novi sudah mempunyai sepatu
baru, sepatu impiannya tersebut. Satu hal yang patut kita teladani, “Raihlah impianmu walaupun itu sangatlah
berat bagimu!”.
TAMAT
NB: cerpen ini saya buat untuk lomba mengarang tingkat SMP/SMA yang diadakan oleh Pegadaian Besuki dengan tema "Dekat Bersahabat Pegadaian"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar